Harapan

Tadi senja, di tengah ibukota, ketika tubuh lelah melanda, dalam sesaknya bus kota. Wuejiaan 😀

Tak sengaja saya mendengar obrolan segerombol orang di kursi belakang bus. Dari obrolan, jelas kalau mereka adalah AGJ (Anak Gaul Jakarte). Salah satu obrolan yg saya tidak salah ingat, kalau ditranslasikan ke dalam EYD yg disempurnakan : “memberi atau mencari harapan itu tidak salah, yg salah itu memberi harapan palsu”.

*makjleeebb. Berasa ditikam keris tumpul – didiamkan sejenak di dalam – diobok-obok di dalam – didiamkan lagi – terus dicabut – tapi pelan-pelan.

Setelah gue perhatiin, ternyata mereka berprofesi sebagai joki. Gue simak lagi, ternyata mereka sedang curhat soal kerjaan sehari ini. Salah satu curhat kalau dia habis kena php sama yg punya mobil. Mobil mewah, duit tak seberapa, yg punya galak pula. Satunya nyletuk dengan komen bijak di atas.

Gue terharu mendengarnya. Tarik ingus. Gue tiba-tiba teringat akan dosa masa lalu.

Harapan. Ah, walau satu kata tapi sarat makna.

Niat memberi harapan, disangka harapan palsu. Ganti dikasih harapan, ganti gue yg takut kalau itu harapan palsu. Hahaha.

Ah, masa lalu. Memang benar ceramah ustadz dekat kos. Harapan yg terbaik adalah berharap hanya kepada Gusti Allooh. Di luar itu, awas harapan KW!!! Tuhan, ampuni baim.

Hla kok jadi gue gue elu elu ya???? Ah, mungkin badan gue belum sehat total.